Sabtu, 19 Mei 2012

Misteri dan Kesamaan Tragedi Sukhoi Jet 100 dengan Titanic


Kiamat 2012 yang sempat diramalkan, memang belum sepenuhnya terjadi karena bulan 12, sebagai akhir dari tahun 2012 ini masih ada 7 bulan lagi. Tapi kiamat itu tampaknya sudah terjadi pada Sukhoi Superjet 100. Tepat 9 Mei 2012, beberapa hari yang lalu, pesawat kebanggaan Rusia itupun terbang dalam rangka Roadshow mereka sekaligus pamer kemegahan pada dunia, khususnya dunia Indonesia. Membawa 46 penumpang.

Untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak. Awan padat yang diduga menjadi penyebab utama tragedi itu bermula. Karena awan padat, terpaksa ketinggian pesawat diturunkan untuk mencari celah jalur. Namun harus bertarung dengan topografi Gunung Salak yang terkenal angker. Namun, akhirnya pesawat Sukhoi Superjet 100 harus menemui akhir riwayatnya ketika membentur tebing gunung.

Medan yang berat membuat pencarian menjadi sulit. Tim Basarnas baru bisa menemukan jejak-jejak Sukhoi dua hari setelah kejadian. Bahkan dua wartawan yang mencoba meliput langsung medan kejadian juga dilaporkan hilang. Orang yang pertama menemukan puing-puing pesawat adalah Mahasiswa Pecinta Alam (MAPALA) dari sebuah universitas.
Begitulah runtuhnya sebuah keanggunan oleh keagungan Tuhan. Tidak ada yang dapat membantah kecanggihan buatan manusia, tapi bagi yang maha kuasa itu hanya secuil.

Kejadian Sukhoi Superjet 100 ini setidaknya bisa dibandingkan dengan kejadian Kapal Titanic yang tenggelam di Februari 1912. Anehnya, baru saja genap 100 tahun tenggelamnya Titanic. Percaya tidak percaya, angka 12 ternyata menjadi angka yang keramat, melebihi keramatnya angka 13. Tanggal dan tahun kejadian, 1912 - 2012 membuat kedua tragedi ini layak disandingkan.

Tidak ada yang kebetulan, 12 mei adalah Hari Keperawatan dunia. Mungkin hari ini ditujukan bagi para perawat di seluruh dunia untuk menunjukkan dedikasinya pada korban kecelakaan. Tragedi seperti inilah yang sangat membutuhkan tenaga-tenaga perawat yang tangguh dan berdedikasi tinggi terhadap pekerjaannya.

Kapal Titanic juga merupakan salah satu kapal termegah di dunia pada zamannya kala itu. Mereka mengatakan kalau Titanic bahkan tidak mungkin bisa ditenggelamkan oleh Tuhan. Nyatanya Titanic runtuh hanya karena membentur bongkahan es. Inilah kesamaan kedua, Sukhoi membentur tebing dan Titanic membentur bongkahan es.

Persamaan ketiga tampaknya pada acara dan seremonial yang terjadi sebelum keberangkatan baik Titanic maupun Sukhoi Superjet 100. Tidak terekam bahwa sebelum keberangkatan ada semacam rituala maupun doa bersama untuk keselamatan. Seolah bahwa apa yang mereka naiki tidak mungkin tergoyahkan apapun. Tapi pada kenyataannya, sudah jelas. Manusia adalah makhluk yang sangat lemah untuk bertarung dengan alam.

Berikut beberapa kejadian pesawat yang jatuh di Gunung Salak:

Pada 15 April 2004, pesawat Paralayang Red Baron GT 500 milik Lido Aero Sport, jatuh di Desa Wates Jaya, Kecamatan Cijeruk, Kabupaten Bogor. Tiga orang tewas akibat kecelakaan ini.
20 Juni 2004, pesawat Cessna 185 Skywagon, jatuh di Danau Lido, Cijeruk, Bogor. Lima orang tewas. Kemudian pada Juni 2008, pesawat Casa 212 TNI AU jatuh di Gunung Salak di ketinggian 4.200 kaki dari permukaan laut. Kecelakaan ini menewaskan 18 orang.
30 April 2009, tiga orang tewas setelah kecelakaan terjadi pada pesawat latih Donner milik Pusat Pelatihan Penerbangan Curug jatuh di Kampung Cibunar, Desa Tenjo, Kecamatan Tenjo, Kabupaten Bogor.
Selanjutnya yang terakhir ini, pesawat SSJ-100 buatan Rusia berpenumpang 46 orang jatuh pada 9 Mei 2012.

Sukhoi superjet 100 memang sebuah bentuk majunya peradaban. Tapi diselanya, ada misteri, mistik, dan keagungan yang terlupakan. Semoga masih ada korban yang selamat dari kecelakaan nahas tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.